Bali terkenal akan adat, tradisi dan budayanya yang kaya akan nilai filosofi. Bukan tanpa alasan suatu budaya dilakukan di Bali, setiap hal memiliki makna tersendiri. Misalnya saja Tari Barong, kata barong diambil dari bahasa sansekerta dari akar kata Bhairawa yang menjadi Barwang dan meluluh menjadi Barong yang berarti "yang perkasa" Karena memang mencerminkan Siwa yang Perkasa turun ke dunia.

Tari Barong Bali

Tari Barong adalah tari Sakral yang tergolong dalam tari Wali, yang hanya dipentaskan disaat saat tertentu saja. Sama seperti halnya tari Sang Hyang, tari Barong memiliki energi mistis dan spiritual yang begitu kental.

Bentuk Barong memiliki kemiripan dengan bentuk barong dari ponorogo maupun dengan barong sai dari China. Karena kemiripan bentuk dan cara menarikan. Dimana barong ditarikan oleh dua orang, yang didepan bernama pemapang dan yang dibelakang bernama penyaluk, untuk penari belakang harus mampu mengikuti gerakan penari depan karena penari belakang tak dapat melihat apapun disekitarnya, hanya bisa mengikuti pergeran penari didepannya saja.

Untuk kostum barong disesuaikan dengan jenis dan fungsi Barong, umumnya terbuat dari kain berlapis kulit yang dihias dengan permata, untuk bulu nya dibuat dengan beragam bahan seperti prasok atau pun sintetis.

Tari Barong Bali

Terdapat 9 jenis barong yang saat ini ada di Bali. Pertama Barong Ketket atau disingkat Ket, merupakan barong yang paling banyak dijumpai di Bali, sebagai perlambang Singa dan hanya dipentaskan ditempat sakral dan pura yang disucikan. Kedua barong Bangkal atau babi jantan, adalah barong berbentuk Babi yang dipentaskan dijalanan untuk mengusir malabahaya setelah upacara Galungan. Ketiga adalah barong Macan, atau harimau yang dipentaskan berkeliling desa dan menari dari rumah ke rumah dengan upacara persembahan memohon keselamatan. Keempat barong Asu atau anjing, saat ini hanya dijumpai di kabupaten Badung dan Tabanan pada hari tertentu saja. Kelima Barong Gajah, adalah simbol kendaraan dewa Indra dan saat ini barong gajah masih dijumpai di wilayah Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli dan diiringi gamelan Batel. Keenam adalah Barong Landung, barong berupa manusia tinggi besar sebagai simbol Raja Jayapangus dan Ratu Kang Tje Wei yang diyakini rakyat Bali sebagai penghormatan pada Raja yang mendatangkan kesejahteraan. Ketujuh adalah Barong Brutuk yang hanya bisa dijumpai di Trunyan Kintamani dan dipentaskan hanya dipura Pancering Jagat. Hanya penari khusus yang boleh menarikan barong ini dan itupun setelah puasa 42 hari. Dan kedelapan adalah barong Nongnongkling yang dapat dijumpai diwilayah Klungkung. Barong ini seperti wayang orang dan mementaskan lakon Ramayana. Terakhir Barong Kedingkling adalah barong buntut. Disebut buntuk atau terpotong karena bentuknya seperti barong ketket, namun barong nya hanya ditarikan oleh satu orang, dan diiringi beberapa penari yang memakai topeng.

Tari Barong Bali

Yang paling lumrah dijumpai di Bali adalah Barong Ket yang bentuk dan tariannya paling lengkap diantara yang lain. Karena barong Ket adalah barong sakral, banyak sanggar membuat replika barong yang tidak diupacarai untuk tujuan pariwisata dan tidak menekankan pada unsur mistisnya hanya pada sisi hiburan semata.

Tari Barong Bali

Barong mengambil cerita yang digubah dari cerita mahabaratha, didalam epos menceritakan seluruh Pandawa mencari dan mengasah kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi Bharata Yudha. Arjuna bahkan sampai ke Surga menghadap Bhatara Indra memohon Panah Gandiwa dan senjata Dewayastra. Bima pun ke Hutan mendidik Gatutkaca, Yudhistira mendalami ilmu tombak dan konsentrasinya. Nakula memahami Ilmu Pedang dan semua Bahasa. Hanya Sahadewa yang tidak memiliki kelebihan yang bisa sebanding dengan saudaranya yang lain. Namun karena "kosong" ikhlas dan tabahnya inilah yang menyebabkan Dewa Siwa Menganugrahinya ajian Sanjiwani yang akan sangat membantu dalam peperangan nantinya.

Tari Barong Bali

Pagelaran tari Barong dibuka dengan gending pembuka merupakan gambaran dari barong dan kera yang tengah bermain di hutan, kemudian datanglah 3 orang mengenakan topeng dan membuat keributan serta merusak hutan. Terjadilah perkelahian diantara mereka, dimana kera sanggup memotong hidung salah satu dari mereka.

Babak I adalah bagian tentang kemunculan dua orang penari. Keduanya adalah pengikut Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang melakukan perjalanan untuk bertemu patih.

Babak II merupakan saat pengikut Dewi Kunti datang dan Rangda merangsukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti dan mengendalikannya

Babak III adalah kemunculan Dewi Kunti dengan anaknya Sahadewa. Rangda pun merangsukkan roh jahat pada dewi Kunti agar mau menumbalkan anaknya. Sebenarnya roh jahat tidak mampu merangsuki manusia yang tak berdosa, tapi karena dewi kunti menyimpan kebohongan besar tentang anaknya yang lahir diluar nikah bernama Karna, ia pun dengan mudah bisa dirangsuki berjanji pada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal. Patihnya mengikut perintah tersebut karena telah kerasukan roh jahat sehingga Sahadewa dikurung di istana Rangda.

Babak IV ialah saat Rangda muncul hendak memangsa Sahadewa namun Dewa Siwa menganugrahi Sahadewa ajian Sanjiwani tanpa sepengetahuan Rangda. Kemudian ketika Rangda membunuh Sahadewa, maka Sahadewa tidak dapat mati karena memiliki kekebalan terhadap kematian dari Dewa Siwa. Sebaliknya Sahadewa malah "nyupat" Rangda yang terkena kutukan selama ini agar bisa kembali ke Surga dan meninggalkan kekuatan hitamnya tetap di Bumi.

Tari Barong Bali

Babak V menceritakan tentang Kalika, yaitu pengikut Rangda yang mengambil kekuatan Rangda dan menantang Sahadewa. Keduanya berkelahi dimana Kalika berubah menjad Babi Hutan. Dalam perkelahian tersebut Sahadewa berhasil memenangkan pertarungan. Selanjutnya Kalika berubah menjadi Garuda namun tetap berhasil dikalahkan. Kemudian Kalika berubah kembali menjadi Rangda, akan tetapi Sahadewa tidak dapat membunuhnya. Sahadewa lalu memohon bantuan dan munculah Barong. Pasukan Sahadewa berusaha menyerang Rangda namun malah dirangsuki kekuatan jahat, mereka pun berbalik menusukkan keris ke badannya sendiri. Barong memberikan perlindungan hingga tidak ada yang terluka, justru keris yang dipakai menusuklah yang malah patah. Karena keduanya sama-sama sakti Barong mengikat Rangda dan menguncinya dalam diri manusia, maka pertarungan antara kebaikan dan kejahatan berlangsung selamanya didalam diri manusia. Oleh karenanya manusia diharapkan selalu mawas diri, eling dan waspada pada pengaruh buruk yang dibawa Rangda dan tetap menjaga diri dijalan yang benar agar tak dirangsuk kekuatan kebatilan.