Taman Ujung adalah nama yang diberikan pada sebuah taman air yang ada di timur pulau Bali. Nama taman ini adalah Taman Sukasada namun karena berlokasi di Desa Ujung maka disebut Taman Ujung. Taman ujung berlokasi 5 km ke arah timur dari pusat kota Amlapura tepatnya desa Ujung kecamatan Tumbu kabupaten Karangasem. Berjarak 64 km dari kota Denpasar dan 78 km dari dari bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Melalui jalur utama menuju ke arah timur melalui Denpasar, Gianyar, Klungkung dan sampai Karangasem.

Taman Ujung Sukasada

Nama Taman Ujung Sukasada diberikan setelah dipugar pada 1909. Namun sebelum itu, pada pemerintahan Raja I Gusti Gde Putu bersama dengan Adiknya I Gusti Gde Oka (1849-1893) taman ini bernama "Di Dirah". Kolam ini adalah kolam angker dan digunakan sebagai tempat pembuangan dan pemusnahan ilmu hitam (Aji Wegig) dan disakralkan oleh keluarga kerajaan Karangasem.

Taman Ujung Sukasada

Setelah tampu kekuasaan dilanjutkan oleh I Gusti Bagus Jelantik, taman Di Dirah ini mulai dirombak dan diperluas. I Gusti Bagus Jelantik adalah seorang raja yang cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Beliau pun selain mahir kesusastraan Bali juga mendapatkan pendidikan modern. Karenanya beliau juga negarawan yang ahli politik, sekaligus sastrawan dan juga seorang arsitek. Beliau merancang banyak bangunan dalam masa pemerintahannya. Seperti halnya bangunan di dalam Istana Karangasem berupa Candi yang menyerupai Pagoda yang mengundang banyak kekaguman. Demikian juga beliau membangun berbagai bangunan di wilayah jajahan kerajaan Karangasem di Lombok seperti Taman Mayura dan Taman Narmada di Lombok Barat.

Taman Ujung Sukasada

Berkat keahlian arsitektur tersebut, I Gusti Bagus Jelantik memperluas Taman Di Dirah menjadi Taman Bergaya Eropa dengan bangunan Gili di bagian tengah dan dikelilingi kolam yang besar. Taman ini memiliki lokasi yang strategis karena ada di dataran yang lebih tinggi dan dibawahnya adalah laut dengan pantai berpasir hitam. Menjadikan taman ini memiliki keindahan yang sangat menawan. Kemegahan dan keindahan arsitektur bangunan ini mengundang banyak wisatawan dan bangsawan Eropa untuk datang berkunjung dan menjadi sorotan pada tahun 1920 hingga 1930.

Taman Ujung Sukasada

Di bagian tengah adalah Bangunan Gili yang dipakai khusus sebagai tempat Raja bercengkrama dan sebagai tempat peristirahatan. Dikelilingi taman dan kolam yang dijadikan tempat Rakyatnya berkumpul dan bercengkrama, bersenang senang dan berbagi canda tawa. Beliau tidak mau dipisahkan dari rakyatnya, beliau mau agar rakyatnya tetap membaur dan dekat sehingga tujuan utama seorang Raja dapat dicapai; membagiakan rakyatnya. Seperti dalam kutipan Lontar Ramayana yang berbunyi "kadi agni ing pahoman, dumilah mangde suka ikang rat" Yang berarti "seperti api yang menyala dalam homa (tempat persembahan) yang memberi cahaya terang dan kebahagiaan pada seluruh isi dunia" Maka raja I Gusti Bagus Jelantik ingin membawa kebahagian dan membaginya bersama seluruh rakyatnya. Karena kemurahan hatinya, beliau pun diberi gelar Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem.