Taman Ayun

Pura Taman Ayun adalah pura Paibon, atau pura milik kerajaan Mengwi yang difungsikan sebagai tempat memuliakan Tuhan yang maha Esa dan sekaligus juga  Leluhur. Berlokasi di Mengwi Kabupaten badung, Pura ini masih  memiliki keterkaitan dengan Pura Ulun Danu Beratan dan Pura Puncak Mangu. I Gusti Agung Putu Agung; putra sulung dari I Gusti Agung Maruti, melakukan tapa berata di Puncak Mangu. Atas keteguhan hatinya, beliau pun dikarunia restu untuk menguasai wilayah diselatan Puncak Mangu hingga ke ujung selatan pulau Bali. Kekuasaan beliau memang membentang dari Puncak Mangu, Batukaru hingga diujung selatan hingga ke Uluwatu. Atas restu yang beliau terima, maka beliau memuliakan nama Puncak Mangu dan menjadikannya sebagai akar nama kerajaan yang beliau pimpin. Yaitu Mangu dan Puri  yang dilafalkan menjadi Mangupuri dan kini melebur menjadi Manguwi.

Taman ayun Bali

Setelah mendirikan pura Ulundanu Beratan pada Saka 1556 atau 1624 Masehi, I Gusti Agung Putu Agung merasa jika rakyat Mengwi kesulitan untuk melakukan kegiatan persembahyangan dikarenakan lokasi pura utama yang terlalu jauh dari Mengwi. Seperti Besakih yang terlalu jauh di Timur, Uluwatu yang terlalu jauh diujung selatan, Batukaru dan Ulundanu beratan yang terlalu jauh di Utara, maka beliau berinisiatif membuat pura yang digunakan oleh rakyat kerajaan Mengwi.  Maka dimulailah pembuatan Pura yang dimaksudkan, pengerjaan pura dimulai pada 1632 masehi dengan menggabungkan konsep bangunan Bali yang beracu pada Asta Kosala Kosali, Astabumi dengan tehnik rancang dari Tionghoa. Dimana arsitek yang merancang pura ini bernama Tan Hu Cin Jin atau dikenal dengan nama Ing Khan Ghoew, seorang keturunan Tionghoa yang menetap di Banyuwangi. Beliau adalah sahabat baik Raja, dan Raja lebih sering memanggilnya I Kaco. Pengerjaan pura membutuhkan waktu dua tahun dan pura ini pun selesai pada 1634 masehi.

Taman ayun

Konsep dasar pura ini adalah Gunung Mahameru yang mengapung diatas Segara Windhu (Lautan Susu) dengan cerita dimana para Dewa bersama sama dengan bangsa Raksasa mengaduk lautan susu menggunakan Gunung Mahameru, sesudahnya terciptalah kesejahteraan dan kemakmuran di dunia. Dari gagasan inilah kemudian rancangan pura yang dikelilingi sungai yang membuatnya seakan mengapung diatas air, seakan menceritakan Mahameru yang mengambang diatas lautan susu. Di tempat inilah kemudian raja I Gusti Agung Putu Agung  memikirkan rakyatnya, merenung bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk mengantarkan rakyat dan kerajaannya pada kemakmuran. Dari sinilah gagasan nama Taman Ayun muncul, diambil dari nama Taman yang mengacu pada nama pura ini yang dikelilingi taman, dan Ayun yang berasal dari kata Kayun yang berarti berfikir, berkeinginan atau merenung. Taman kayun inilah yang melebur menjadi Taman Ayun.

Taman ayun

Seperti pura pada umumnya di bali, Pura Taman Ayun terdiri dari 3 bagian utama, bagian paling luar disebut jaba sisi, setelah melewati jembatan menuju pelataran pura, terdapat kolam air mancur yang menyembur ke 9 arah mata angina dan wantilan disebelah kanan yang difungsikan sebagai balai hiburan dan tempat sabung ayam. Disini terdapat pula tempat penjualan tiket masuk sebagai retribusi daerah. Di pelataran pertama ini terdapat pura Luhuring Purnama disebelah kanan pintu kedua. Setelah melewati pintu kedua, dapat dilihat balai Gong disebelah kanan sebagai tempat meletakkan dan memainkan gamelan disaat upacara digelar, kemudian disebelah kiri terdapat Balai Kulkul tempat kentongan diletakkan dengan tinggi 10 meter.

Taman ayun

Halaman utama pura ini bisa diakses melalui gerbang terakhir, berupa Pemedal Agung berupa pintu gerbang setinggi 15 meter terbuat dari batu bata, terdiri dari 3 pintu. Satu pintu di kanan untuk masuk, satu pintu di kiri untuk keluar dan satu pintu ditengah yang hanya dibuka saat upacara besar saja sebagai pintu masuk sarana prasarana upacara. Selain warga mengwi, atau keluarga kerajaan mengwi tidak diperkenankan utuk memasuki area utama pura. Untuk wisatawan yang berkunjung bisa melalui akses wisatawan yang dibuat mengelilingi area pura.

Taman ayun

Saat mengelilingi area utama pura, akan nampak pura dikelilingi kolam yang dipenuhi bunga Lotus. Seperti pembahasan di awal jika latar belakang pembangunan pura ini karena kesulitan akses menuju pura utama di Bali, maka dapat dilihat ada sangat banyak bangunan di dalam, yang disebut Pelinggih. Bangunan pura yang terdiri dari beberapa tingkat atap yang terbuat dari ijuk disebut meru. Masing masing meru ini menyimbolkan pura pura utama yang ada di Bali, yaitu Besakih, Andakasa, Goa Lawah, Ulundanu Batur, Uluwatu, Batukaru, Lempuyang, Puncak Mangu dan Pura Pusering jagat. Selanjutnya dibagian selatan pura, terdapat satu bangunan Pelinggih yang terdiri atas atap dua tingkat, merupakan pelinggih tempat memuliakan Ki Pasek Badak, dimana disaat awal terbentuknya kerajaan Mengwi, Ki Pasek Badak atau nama aslinya adalah Pasek Wanda putra dari I Gusti Tohjiwa Dhimadya, beliau tinggal di desa Badak yang kini bernama Buduk. Ki Pasek Badak menguasai wilayah selatan, dari Jimbaran, Ungasan, Pecatu hingga Uluwatu. Jika Mengwi bisa menggabungkan wilayah laut dan gunung, maka diyakini kesejahteraan rakyat kerajaan itu akan terjamin. Namun Ki Pasek Badak adalah orang yang menjadi penghalang bersatunya wilayah mengwi. Di dalam satu rimba tak bisa dipimpin dua singa, maka terjadilah adu tanding antara I Gusti Agung Putu Agung menghadapi Ki Pasek Badak. Setelah adu kesaktian, sama sama kebal dan sakti, ternyata Ki Pasek Badak menyadari satu kekurangan yang dimiliki I Gusti Agung Putu Agung yang tidak Ia miliki; yaitu Restu Tuhan karena selain piawai memimpin kerajaan tentunya I Gusti Agung Putu Agung juga memiliki Ilmu Agama yang tinggi, gemar beribadah dan tingkat spiritualitasnya juga sangat tinggi. Dengan dasar inilah Ki Pasek Badak Merelakan nyawanya sebagai dasar pendirian kerajaan Mengwi, demi menghormati kebesaran hati Ki Pasek Badak maka ia dimuliakan di area pura agar bisa dijadikan contoh dan teladan oleh generasi berikutnya. Setelah bersatunya wilayah mengwi, keturunan ki Pasek badak tinggal di Tangguntiti Tabanan.