Pertama kali pantai ini dikunjungi oleh Cornelius de Houtman bersama dua bawahannya Manuel Rodenborch dan Aernoud L. Lintgensz. Rombongan tinggal di Kuta dari 25 Januari - 26 Februari 1597 dan baru bisa bertemu dengan Raja Bali Dalem Segening dengan diantar oleh I Gusti Ler Pramana pada 9-16 Februari 1597. Cornelius de Houtman sudah pernah bertemu dengan rombongan kerajaan Gelgel ketika penyerbuan kerajaan Gelgel ke Blambangan dan Pasuruan dengan 20.000 pasukan Elit Dulang mangap dibawah komando I Gusti Jelantik.

Pantai Kuta

Kedua pada abad ke 19 saudagar berkebangsaan Denmark bernama Mads Longe membuat markas dagang di tepian sungai Mati. Ketika para saudagar yang datang ke Bali untuk berdagang, maka banyak kapal datang hilir mudik ke wilayah ini. Para saudagar yang datang memanfaatkan jalur sungai yang berhilir ke Pantai sebagai tempat melabuhkan kapalnya. Keramaian pun berpusat di sekitar wilayah perdagangan, menjadikan tempat tersebut menjadi Kota perdagangan. Kota dalam bahasa Bali nya adalah Kuta, dan hingga kini pantai dan kawasannya dikenal dengan nama Kuta.

Kuta

Ketika jalur perdagangan ramai dan dermaga dagang terbentuk, maka akan berkumpul pedagang dengan pembeli dalam proses jual beli yang disebut pasar. Pasar dagang di Kuta tidak bisa dibuka setiap hari, karena faktor pengiriman yang memerlukan waktu, maka digunakanlah sistem pasaran. Yaitu Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon. Pasar di dermaga Kuta di buka saat Legi, maka orang orang kesana untuk Legian. Hingga kini nama Legian disematkan pada wilayah tersebut. Karena pasar yang didatangi banyak pedagang akan mendatangkan orang dengan berbagai kalangan dengan beragam keinginan dan keperluan, maka hiburan dan minuman pun menjadi kebutuhan yang disediakan. Hingga kini Legian menjadi sentra hiburan dan keramaian di wilayah Kuta.

Legian

Para wisatawan pun mendengar dari mulut ke mulut, dari buku buku yang ditulis tentang Bali membuat minat wisatawan semakin menggebu untuk ikut datang dan menyaksikan kemolekan pulau Bali. Pantai Kuta pun menjadi buah bibir untuk dikunjungi, kemudian pada 1972 seiring dibukanya bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan dikembangkannya kawasan Nusa Dua sebagai kawasan wisata elit maka kawasan Legian dan Kuta pun dikembangkan menjadi kawasan tour yang murah namun tetap berkelas.

Kuta Sunset

Setelah dibukanya kawasan Kuta sebagai daerah tujuan wisata, para pengusaha mulai menanamkan modalnya dalam pengembangan kawasan Kuta, para peselancar dan pecinta pantai meramaikan wisata pantai Kuta, ditambah keindahan matahari terbenam yang begitu menawan membuat pantai Kuta memiliki cerita tersendiri saat dikunjungi.

 

Kuta surfing